Jakarta –
Pemerintah berniat memberikan
keringanan pada industri batu bara yang mau melakukan hilirisasi produk. Kini
pemerintah sedang menggodok apa insentif yang akan diberikan.
Salah satunya, menurut Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot adalah
menggratiskan royalti alias setoran wajib ke negara. Hal ini menurutnya
diusulkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Pertama, royaltinya berapa, ini Pak Menko (Perekonomian) bilang sampai
nol. Lalu harga jualnya berapa dan perpajakannya seperti apa,” ungkap
Bambang saat rapat bersama Komisi VII DPR, Jakarta, Selasa (11/2/2020).
“Ini belum diputuskan, masih dibahas,” lanjutnya.
Bambang mengatakan insentif ini memang akan mengurangi pendapatan negara bukan
pajak (PNBP). Meski begitu dia tidak khawatir pasalnya Indonesia akan
mendapatkan manfaat pada sektor hilir batu bara.
“Itu kan belum diputuskan. Ya (PNBP) berkurang sedikit tapi manfaat di
hilir besar,” ungkap Bambang.
Kementerian ESDM sendiri, menurut Bambang sudah dilibatkan dalam pembahasan
insentif ini. Salah satunya lewat aspek hitung-hitungan komponen operasional
perusahaan batu bara.
“Ya iya kan dari pemerintah, (dilibatkan) dalam hal kalkulasi
hitung-hitungan. Tapi seperti apa nanti kan belum diputuskan,” kata
Bambang.
Gasifikasi menjadi salah satu opsi hilirisasi. Bagaimana rencana lengkapnya?
Proyek gasifikasi batu bara yang akan digarap PT Bukit Asam (PTBA) akan menjadi salah satu yang diberikan insentif. Bambang menyebut kalau proyek ini sangat besar investasinya sehingga butuh diberikan insentif.
“Untuk batu bara itu baru mulai karena sangat besar investasinya. Sekitar US$ 3 miliar di PTBA. Ini kita sedang evaluasi kebijakannya. Ini makanya harus diberikan insentif. Tapi keputusan itu di pemerintah,” ungkap Bambang.
Bambang mengungkapkan investasi pada proyek gasifikasi memang tergolong besar dikarenakan semua mesin dan teknologi yang digunakan harus dibeli.
“Kalau di China, gasifikasi bisa sampai avtur tapi semua mesin dan teknologi sendiri. Kalau di kita mesin dan teknologi semua beli. Jadi mahal,” kata Bambang.