Batubara merupakan salah satu komoditas tambang unggulan di Indonesia. Daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia adalah Sumatera Selatan dan seluruh wilayah Kalimantan. Harga batubara selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2020 berada pada titik terendah hanya mencapai USD 67,08 per ton. Hal ini karena pandemi Covid-19 yang mempengaruhi seluruh sektor ekonomi dunia.
Tahun 2021 tampaknya menjadi awal yang baik bagi perkembangan tren batu bara. Laporan dari Kementerian ESDM menunjukkan Harga Batubara Acuan (HBA) sepanjang tahun 2021 mengalami peningkatan yang konstan. Pada bulan Juli 2021 HBA mengalami kenaikan sebesar USD 15,05 per ton menjadi USD 115,35 per ton. Agung Pribadi Kepala Biro Komunikasi, Layanan Indormasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM menyatakan, kenaikan ini dikarenakan meningkatnya konsumsi batubara di Asia Timur, khususnya Tiongkok.
Peningkatan nilai HBA secara konsisten tersebut berpotensi memperkuat emiten pasar saham batubara. Prospek harga batubara yang semakin membaik menjadikan investasi di sektor ini masih prospektif dalam jangka pendek. Samuel Sekuritas melaporkan, saham batubara yang direkomendasikan bagi para investor yaitu PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target pada level Rp 2.900 per saham dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target pada level Rp 1.530 per saham.
Meningkatnya harga batubara juga mendorong pelaku usaha tambang di Indonesia untuk meningkatkan produksinya. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyatakan pada tahun 2020 produksi batubara di Indonesia mencapai 557,54 juta ton. Tingkat produksi ini mampu melebihi target produksi tahun 2020 yang ditetapkan sebesar 550 juta ton. Hal ini memicu produsen batubara Indonesia untuk meningkatkan target produksinya di tahun 2021. Ditambah dengan tren harga batubara yang semakin meningkat, sehingga para pelaku usaha memprediksi prospek yang membaik pada tahun ini.
Akan tetapi, Kementerian ESDM memutuskan untuk tidak meningkatkan target produksi batubara pada tahun 2021. Keputusan target produksi batubara tetap di angka 550 juta ton untuk mencegah terjadinya oversupply batubara di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, oversupply akan menyebabkan kembali melemahnya harga batubara.
Terlepas dari tren positif harga batubara di tahun 2021, HBA masih akan dipengaruhi faktor supply dan demand, terutama kondisi pandemi Covid-19 yang tidak dapat diprediksi.